PENDIDIKAN KELUARGA

DENGAN PENDIDIKAN KELUARGA KITA WUJUDKAN HARMONI KELUARGA DAN SEKOLAH

 

Hari ini  SMPN 3 Kediri mengadakan acara pendidikan keluarga yg dihadiri oleh perwakilan DINAS PENDIDIKAN KOTA KEDIRI, Kepala SMPN 3 Kediri, Wali kelas dan wali murid.

 

         Keluarga sebagai sebuah lembaga pendidikan yang pertama dan utama, keluarga diharapkan senantiasa berusaha menyediakan kebutuhan, baik biologis maupun psikologis bagi anak, serta merawat dan mendidiknya. Keluarga diharapkan mampu menghasilkan anak-anak agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang dapat hidup ditengah-tengah masyakatnya, dan
sekaligus dapat menerima, menggunakan serta mewarisi nilai-nilai kehidupan dan kebudayaan.

 

Namun dalam prakteknya, pendidikan keluarga ternyata belum sepenuhnya dlaksanakan/terapkan oleh para orang tua yang memiliki anakanak dirumah. Banyak faktor mengapa kemudian konsep pendidikan di dalamn keluarga yang seharusnya telah diberikan oleh orang tua, belum optimal/belum sepenuhnya dipraktekan dalam kehidupan keseharian para
orang tua dalam mendidik anak-anaknya di rumah. Faktor penyebab itu semua adalah :

1. Kurangnya pengetahuan, pemahaman para orang tua tentang kedudukan peran dan fungsi serta tanggung jawab para orang tua dalam hal pendidikan anak-anak di rumah. Kekurang pengetahuan dan pemahaman bisa disebabkan tingkat pendidikan para orang tua yang rendah,akibat ketidakmampuan dalam penyelesaian sekolah. Hal ini bisa
kita lihat dari masih banyaknya anak-anak putus sekolah,meningkatnya angka pengannguran yang tidak terdidik, lemahnya bersaing dalam hal tenaga kerja.

2. Lemahnya peran sosial budaya masyarakat dalam membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan keluarga. Keluarga sering kali mengabaikan nilai-nilai edukasi didalam lingkup rumah tangga, membiarkan anakanak bermain dan bergaul tanpa kontrol yang memadai (efektif), kurangnya perhatian tatkala ia sedang berkomunikasi dengan sesamanya. Sikap apatis sebagian besar para orang tua terhadap tata krama kehidupan pergaulan anak-anak di lingkungannya bermain.

3. Kuatnya desakan dan tarikan pergulatan ekonomi para orang tua dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan keluarga. Sehingga mengabaikan peran-peran sebagai fungsi dan tugas orang tua bahkan ada yang tanpa disadari, akibat tuntutan kebutuhan ekonomi mereka (ayah-ibu) lupa akan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Mereka tinggalkan anak-anak
tanpa perhatian, bimbingan dan pendidikan sebagaimana mestinya. Dalam banyak kasus, di depan mata kita sendiri menyaksikan banyaknya anak-anak tumbuh tanpa perhatian orang tua. Bahkan dengan menghela nafas dalam-dalam kita menyaksikan anak-anak telah dijadikan alat (objek) komersialisasi bagi orang tua untuk mendapatkan penghasilan(uang) untu memenuhi kebutuhan keluarga.

4. Kemajuan arus teknologi informasi yang mengglobal turut pula mempengaruhi cara berfikir dan bertindak para orang tua. Misalnya perilaku instant dengan memberi fasilitas media yang tidak mendidik, membiarkan mengakses berbagai informasi yang tidak mendidik melalui tayangan media televisi dan pengawasan (proteksi) yang tidak terkontrol akibat ketidakpedulian para orang tua